Udara panas yang kami rasakan diperjalanan dari Cirebon menuju Bandung, sungguh membuat kami tak henti-hentinya mengipas ngipaskan tangan ke arah muka kami,demi mendapatkan semilir angin yang tentunya bisa mengurangi kadar panas yang kami derita siang itu(berharap).AC mobil sudah kalah bersaing dengan panasnya udara luar. Padahal sudah di pasang pada COOL yang maximal.
Kebisuan kami di mobil,berubah menjadi kekesalan karena ternyata di depan jalan yang kami susuri itu sedang berlangsung kampanye atau pawai PILKADA Bupati Cirebon. Waduh.."pasti kita bisa terjebak nih, bisa2 satu jam kita ga maju, karena banyak sekali mobil2 dan motor2 yang berbaris dan berkompoi, rapat sekali",,,
Itu terjadi ketika kami hendak keluar kota cirebon, mengambil jalan menuju arah bandung melewati TRUSMI dan kawasan pasar plered.
"Kalo yang berkampanye ini mengambil jalan ke kanan, kita ambil jalan ke kiri aja ya bu, buat menghindari para orang kampanye ini? ", pak supir yang mengantar kami memberi masukan.
"oo ya udah gitu aja Pak, biar kita ga terjebak juga"
Akhirnya, pak supir ambil jalan ke kiri, untuk sesaat memang benar hanya ada beberapa motor dan mobil yang ditumpangi para pendukung partai2 yang sedang berkampanye. Kami berasumsi sepertinya kampanye sudah berlangsung dari tadi, dan pada saat ini sudah bubar, sehingga di beberapa arah ada orang2 yang mungkin sudah berkonvoi hendak pulang ke tempat masing2. Kami pikir, jalan yang kami ambil ini tepat, tidak bakal kena macet.
Semakin mobil kami maju ke depan, kok semakin banyak kerumunan orang, banyak motor dan mobil yang menepi, dan banyak juga di pinggir2 jalan, masyarakat yang berbaris rapi, menyaksikan konvoi tersebut.
Waduh ternyata, disinilah mereka (para simpatisan) itu mau menghadiri kampanye partai politik itu, mereka hendak menuju ke lapangan kantor pemerintahan Cirebon di JL. Dewi Sartika-SUMBER. Yo wes dengan sabar, kami mengikuti keadaan lalulintas siang itu.
Ketika saya sedang asyik, menyaksikan orang-orang tersebut yang bernyanyi2-meneriakan uel2 partainya- yang mau berpanas2 ria bermotor, saya pikir mereka dikasih apa sampai mau berkorban sedemikian. Demi sebuah kaos, yang diberi gratis yang berlogkan partai tertentu? Atau mereka diberi uang saku? (mengingat hari gini, ga ada yang gratis, dan ga ada orang yang mempunyai niat tulus untuk melakukan sesuatu tanpa embel2"money"..)atau mereka dijanjikan kalo calon yang mereka dukung menang di PILKADA ntar mereka akan di kasih kerjaan jadi PNS? atau demi sekotak nasi dus yang dibagikan dari satu mobil ke para peserta konvoi?
aahhh rasanya ga mungkin sekali kalo tanpa "something"....
Saya yang duduk di kursi belakang, melihat ke kaca sebelah kiri, tepat beberapa cm dari mobil yang saya tumpangi, banyak sekali motor2 yang berbaris maju perlahan-lahan dengan suara mesin yang diraung-raungkan, maklum kebanyakkan mereka masih muda, darah muda masih mengalir kuat, wajah mereka juga serem2 ditambah dengan terik matahari yang sangat puanas membuat muka mereka yang memang sudah item tambah pekat..(hehehe maapkan, ini hanya deskripsi buat semua yang baca sehingga bisa dengan jernih membayangkan latar postingan saya ini :-P)
Tanpa sengaja, mata saya melihat sebuah Vespa, yang dengan lincahnya bisa menerobos beberapa motor di depannya dan walhasil dia bisa berada di depan kami. Yang membuat saya heran, si Bapak yang mengendarai Vespa ini, di bahu sebelah kirinya menyandang sebuah tongkat -yang biasa digunakan untuk orang yang pincang, biasanya tongkatnya nanti dikepit diketiak-. Waduh.. waduh.. si Bapak itu ngapain bawa tongkat, saya pikir buat seseorang, reflek mata saya melihat ke kaki si Bapak tsb, saya lihat telapak kaki kanannya tidak ada, dan tidak mungkin tertutup celana, dia menggunakan celana panjang merah, dan saya lihat celana panjangnya itu menjuntai ke bawah dan telapak kaki tidak muncul disitu.
Ternyata Bapak itu pincang, tongkat itu untuknya.
Supir bilang, "wah hebat si BAPAK, tapi gimana cara mengeremnya ya, kan remnya ada di posisi kanan?"
"mungkin Vespanya dirancang khusus buat Bapak itu, sehingga posisi remnya bisa ada di tangan", saya menjawab sok tahu.
Motor Bapak itu terus melaju, sesaat fokus kami kepada si BAPAK itu, kejadian lainnya diluar itu tidak kami perhatikan.
Mungkin kini saatnya, masyarakat ikut berpolitik, belajar berpolitik melalui memberikan dukungannya langsung kepada calon yang dianggap sepaham dengan kita. Si Bapak ini saja,tidak menjadikan "kecacatannya" menjadi halangan untuk dia mendukung calonnya. Sebuah dukungan yang patut diajungkan jempol. Sampai saat saya menuliskan postingan ini, saya tidak tahu motif apa yang mendorong si BAPAK, mau berpanas2 ria, sendirian --dia tidak berkelompok, sebagai mana orang2 lain yang ada disitu-- melakukan ini semua. Saya yakin dia tidak kenal dengan sang calon "bupati" itu secara personal, saya yakin dia tidak sedang mencari sensasi.
Saya yakin, Bapak itu memiliki semangat kecintaan kepada bangsa yang sangat besar, dia memiliki jiwa patriot, dan dia memiliki rasa kepedulian. Sementara banyak orang yang merasa EGP dengan pilkada-pilkada yang ada saat ini, karena kebanyakan orang yang menang nanti lupa akan "janji-janjinya" yang di sesumbarkan ketika kampanye. Yang berjanji :
Semua hanya janjiiii!!! Realisasinya?????
Banyak yang lupa dimana catatan2 pidatonya ketika kampanye itu diletakkan, Sudah dibakar kemungkinan ketika euforia dalam kemenangan pilkada... :)
Cobalah lihat si BAPAK yang dengan berjibaku mengungkapkan dukungannya kepada calon pimpinan daerahnya kelak, kekurangan tidak menjadikannya hanya sekedar menjadi penonton, kekurangannya tidak menjadikan dia EGP (seperti yang dilakukan khalayak luas..)dengan pesta demokrasi. DiA ikut peduli.
Ayo para "calon" pemimpin daerah, perhatikan nasib para lanjut usia, para orang yang hidup dalam kecacatan. Apa yang akan pemimpin berikan sebagai balasan dari dukungan mereka terhadap anda --sang pemimpin---
Bisakah kalian menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi kami tinggal?(sementara di berita yang tadi saya dengar, tergrebeknya rumah salah satu anggota teroris di daerah kelapa gading, di dalamnya ditemukan sejumlah bom-bom rakitan dan banyak sekali zat2 untuk pembuatan bom..)
Mampukah kalian memberikan fasilitas bagi para penyandang cacat,sehingga mereka juga merasa diakui keberadaannya di negeri ini?
Maukah, kalian memberikan jaminan kepada para lansia untuk dapat menikmati hari tuanya tanpa dibebani dengan biaya hidup yang tinggi? (di negara2 maju para lansia diperhatikan pemerintah)
Wah alangkah berbahagianya apabila para pemimpin tahu berterima kasih.
Betapa air muka kami menjadi cerah, apabila para pemimpin mengutamakan kepentingan bersama daripada pribadi.
Sungguh kami tidak akan merasa rugi, memilih pemimpin kami, apabila mereka tidak membuang atau membakar catatan2 pidato kampanye yang berisi janji2, namun memfilenya dan dapat dibuka sewaktu2, untuk mengecek apakah visi misi kepemimpinannya sudah berjalan sesuai catatan tersebut.
Mungkin, kami terlalu berharap banyak.
Tapi itulah kami sebagai anak2 bangsa ini, kepada siapa kami bisa menggantungkan lengan kami ketika kami hendak meloncat melewati lobang dijalan kehidupan kami, ya tentunya kepada Bapak kami, pemimpin bangsa kami--anda-anda yang sudah kami pilih sebagi pemimpin kami. Karena kami anak2 bangsa ini yakin, bapak kami==pemimpin kami== memiliki lengan yang lebih kuat untuk kami bisa bergantung ditangannya.
nb: akhirnya saya tahu bagaimana cara si bapak menginjak rem Vespanya yang ada di kaki sebelah kanan? see,,Tuhan kasih banyak akal di atas kekurangan manusia..:)
Kebisuan kami di mobil,berubah menjadi kekesalan karena ternyata di depan jalan yang kami susuri itu sedang berlangsung kampanye atau pawai PILKADA Bupati Cirebon. Waduh.."pasti kita bisa terjebak nih, bisa2 satu jam kita ga maju, karena banyak sekali mobil2 dan motor2 yang berbaris dan berkompoi, rapat sekali",,,
Itu terjadi ketika kami hendak keluar kota cirebon, mengambil jalan menuju arah bandung melewati TRUSMI dan kawasan pasar plered.
"Kalo yang berkampanye ini mengambil jalan ke kanan, kita ambil jalan ke kiri aja ya bu, buat menghindari para orang kampanye ini? ", pak supir yang mengantar kami memberi masukan.
"oo ya udah gitu aja Pak, biar kita ga terjebak juga"
Akhirnya, pak supir ambil jalan ke kiri, untuk sesaat memang benar hanya ada beberapa motor dan mobil yang ditumpangi para pendukung partai2 yang sedang berkampanye. Kami berasumsi sepertinya kampanye sudah berlangsung dari tadi, dan pada saat ini sudah bubar, sehingga di beberapa arah ada orang2 yang mungkin sudah berkonvoi hendak pulang ke tempat masing2. Kami pikir, jalan yang kami ambil ini tepat, tidak bakal kena macet.
Semakin mobil kami maju ke depan, kok semakin banyak kerumunan orang, banyak motor dan mobil yang menepi, dan banyak juga di pinggir2 jalan, masyarakat yang berbaris rapi, menyaksikan konvoi tersebut.
Waduh ternyata, disinilah mereka (para simpatisan) itu mau menghadiri kampanye partai politik itu, mereka hendak menuju ke lapangan kantor pemerintahan Cirebon di JL. Dewi Sartika-SUMBER. Yo wes dengan sabar, kami mengikuti keadaan lalulintas siang itu.
Ketika saya sedang asyik, menyaksikan orang-orang tersebut yang bernyanyi2-meneriakan uel2 partainya- yang mau berpanas2 ria bermotor, saya pikir mereka dikasih apa sampai mau berkorban sedemikian. Demi sebuah kaos, yang diberi gratis yang berlogkan partai tertentu? Atau mereka diberi uang saku? (mengingat hari gini, ga ada yang gratis, dan ga ada orang yang mempunyai niat tulus untuk melakukan sesuatu tanpa embel2"money"..)atau mereka dijanjikan kalo calon yang mereka dukung menang di PILKADA ntar mereka akan di kasih kerjaan jadi PNS? atau demi sekotak nasi dus yang dibagikan dari satu mobil ke para peserta konvoi?
aahhh rasanya ga mungkin sekali kalo tanpa "something"....
Saya yang duduk di kursi belakang, melihat ke kaca sebelah kiri, tepat beberapa cm dari mobil yang saya tumpangi, banyak sekali motor2 yang berbaris maju perlahan-lahan dengan suara mesin yang diraung-raungkan, maklum kebanyakkan mereka masih muda, darah muda masih mengalir kuat, wajah mereka juga serem2 ditambah dengan terik matahari yang sangat puanas membuat muka mereka yang memang sudah item tambah pekat..(hehehe maapkan, ini hanya deskripsi buat semua yang baca sehingga bisa dengan jernih membayangkan latar postingan saya ini :-P)
Tanpa sengaja, mata saya melihat sebuah Vespa, yang dengan lincahnya bisa menerobos beberapa motor di depannya dan walhasil dia bisa berada di depan kami. Yang membuat saya heran, si Bapak yang mengendarai Vespa ini, di bahu sebelah kirinya menyandang sebuah tongkat -yang biasa digunakan untuk orang yang pincang, biasanya tongkatnya nanti dikepit diketiak-. Waduh.. waduh.. si Bapak itu ngapain bawa tongkat, saya pikir buat seseorang, reflek mata saya melihat ke kaki si Bapak tsb, saya lihat telapak kaki kanannya tidak ada, dan tidak mungkin tertutup celana, dia menggunakan celana panjang merah, dan saya lihat celana panjangnya itu menjuntai ke bawah dan telapak kaki tidak muncul disitu.
Ternyata Bapak itu pincang, tongkat itu untuknya.
Pak, Untuk apa bapak ikut konvoi kampanye partai sementara keadaan Bapak seperti itu?
Tidakkah itu menyusahkan Bapak?
Pastinya, Bapak sudah membuat seisi rumah Bapak khawatir, karena pastinya mereka sudah melarang BAPAK untuk konvoi, tapi BAPAK membandel. Bener ga Pak semua pikiran pikiran saya.
Supir bilang, "wah hebat si BAPAK, tapi gimana cara mengeremnya ya, kan remnya ada di posisi kanan?"
"mungkin Vespanya dirancang khusus buat Bapak itu, sehingga posisi remnya bisa ada di tangan", saya menjawab sok tahu.
Motor Bapak itu terus melaju, sesaat fokus kami kepada si BAPAK itu, kejadian lainnya diluar itu tidak kami perhatikan.
Mungkin kini saatnya, masyarakat ikut berpolitik, belajar berpolitik melalui memberikan dukungannya langsung kepada calon yang dianggap sepaham dengan kita. Si Bapak ini saja,tidak menjadikan "kecacatannya" menjadi halangan untuk dia mendukung calonnya. Sebuah dukungan yang patut diajungkan jempol. Sampai saat saya menuliskan postingan ini, saya tidak tahu motif apa yang mendorong si BAPAK, mau berpanas2 ria, sendirian --dia tidak berkelompok, sebagai mana orang2 lain yang ada disitu-- melakukan ini semua. Saya yakin dia tidak kenal dengan sang calon "bupati" itu secara personal, saya yakin dia tidak sedang mencari sensasi.
Saya yakin, Bapak itu memiliki semangat kecintaan kepada bangsa yang sangat besar, dia memiliki jiwa patriot, dan dia memiliki rasa kepedulian. Sementara banyak orang yang merasa EGP dengan pilkada-pilkada yang ada saat ini, karena kebanyakan orang yang menang nanti lupa akan "janji-janjinya" yang di sesumbarkan ketika kampanye. Yang berjanji :
- sekolah gratis
- kesehatan gratis
- lapangan pekerjaan luas
- tidak ada korupsi
- menciptakan keamanan dan kenyamanan
Semua hanya janjiiii!!! Realisasinya?????
Banyak yang lupa dimana catatan2 pidatonya ketika kampanye itu diletakkan, Sudah dibakar kemungkinan ketika euforia dalam kemenangan pilkada... :)
Cobalah lihat si BAPAK yang dengan berjibaku mengungkapkan dukungannya kepada calon pimpinan daerahnya kelak, kekurangan tidak menjadikannya hanya sekedar menjadi penonton, kekurangannya tidak menjadikan dia EGP (seperti yang dilakukan khalayak luas..)dengan pesta demokrasi. DiA ikut peduli.
Ayo para "calon" pemimpin daerah, perhatikan nasib para lanjut usia, para orang yang hidup dalam kecacatan. Apa yang akan pemimpin berikan sebagai balasan dari dukungan mereka terhadap anda --sang pemimpin---
Bisakah kalian menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi kami tinggal?(sementara di berita yang tadi saya dengar, tergrebeknya rumah salah satu anggota teroris di daerah kelapa gading, di dalamnya ditemukan sejumlah bom-bom rakitan dan banyak sekali zat2 untuk pembuatan bom..)
Mampukah kalian memberikan fasilitas bagi para penyandang cacat,sehingga mereka juga merasa diakui keberadaannya di negeri ini?
Maukah, kalian memberikan jaminan kepada para lansia untuk dapat menikmati hari tuanya tanpa dibebani dengan biaya hidup yang tinggi? (di negara2 maju para lansia diperhatikan pemerintah)
Wah alangkah berbahagianya apabila para pemimpin tahu berterima kasih.
Betapa air muka kami menjadi cerah, apabila para pemimpin mengutamakan kepentingan bersama daripada pribadi.
Sungguh kami tidak akan merasa rugi, memilih pemimpin kami, apabila mereka tidak membuang atau membakar catatan2 pidato kampanye yang berisi janji2, namun memfilenya dan dapat dibuka sewaktu2, untuk mengecek apakah visi misi kepemimpinannya sudah berjalan sesuai catatan tersebut.
Mungkin, kami terlalu berharap banyak.
Tapi itulah kami sebagai anak2 bangsa ini, kepada siapa kami bisa menggantungkan lengan kami ketika kami hendak meloncat melewati lobang dijalan kehidupan kami, ya tentunya kepada Bapak kami, pemimpin bangsa kami--anda-anda yang sudah kami pilih sebagi pemimpin kami. Karena kami anak2 bangsa ini yakin, bapak kami==pemimpin kami== memiliki lengan yang lebih kuat untuk kami bisa bergantung ditangannya.
nb: akhirnya saya tahu bagaimana cara si bapak menginjak rem Vespanya yang ada di kaki sebelah kanan? see,,Tuhan kasih banyak akal di atas kekurangan manusia..:)
Comments